Wednesday, January 31, 2018

Bejana kehidupan

Jika HATI di tutup oleh KEDENGKIAN, maka kita akan melihat dunia & semua orang adalah pesaing yg akan menjatuhkan kita.

Jika HATI di tutup oleh KEBENCIAN, maka kita akan melihat dunia & semua orang adalah musuh.

Jika HATI di tutupi AMBISI SELANGIT, maka kita akan melihat dunia & semua orang sebagai target empuk untuk di jadikan bulanan.

Jika HATI di tutupi KESERAKAHAN, maka kemana pun kita pergi kita akan merasa miskin melarat & tidak puas diri.

Jika HATI di tutupi KEGELISAHAN, maka ke mana pun kita pergi, kita hanya menemukan keresahan & ketidaktenangan.

Jika HATI di tutupi KEANGKUHAN, maka kita akan melihat semua orang bodoh & tolol.

Jika KEBODOHAN menutupi HATI, hati akan menutupi mata dan mata tak lagi melihat kebenaran.

Jika KEBENCIAN menutupi HATI, kebencian akan menutupi mata dan mata tak lagi melihat kedamaian.

Hidup ini kadang terlihat seperti sebuah PERMAINAN, sering sepertinya kita di Permainkan dengan ketidak'adilan di dalam nya,
Namun kita akan menjadi KALAH bila kita meresponi nya dengan KEMARAHAN ataupun MENYALAHKAN KEADAAN !!!

Maka !!!
Tetaplah TEGUH,
di saat yg lain mulai RAPUH.
Tetaplah RENDAH HATI,
di Saat yg Lain semakin ANGKUH.
Tetaplah TERSENYUM,
di saat yg Lain memilih CEMBERUT.
Tetaplah SABAR,
di saat yg lain EMOSI.
Tetaplah SEMANGAT,
di saat yg lain PUTUS ASA.
Tetaplah MEMAAFKAN,
walaupun kadang MENYAKITKAN.

INGATLAH :
Sebilah PEDANG itu bukan DI BUAT dengan BELAIAN TANGAN yg LEMBUT, akan tetapi oleh TEMPAAN PALU & Ҏembakaran Di Atas Api.
Segumpal TANAH LIAT Harus DI BENTUK & DI BAKAR, untuk Bisa Menjadi BEJANA yang INDAH.
EMAS Harus DI BERSIHKAN dengan DI BAKAR, agar Menjadi EMAS YANG MURNI.
Hanya HATI YANG TEGUH lah yg akan MEMILIKI HARAPAN yg INDAH untuk Masa yg akan datang ☺

Friday, January 5, 2018

"MENGENAL LEBIH DEKAT SOSOK AVALOKITESVARA BODHISATTVA"


"MENGENAL LEBIH DEKAT SOSOK AVALOKITESVARA BODHISATTVA"

Avalokitesvara (Sanskerta: अवलोकितेश्वर , Bengali: অবলোকিতেশ্বর, arti. "Tuan yang melihat ke bawah", bahasa China: 觀世音) adalah Bodhisattva yang merupakan perwujudan sifat welas asih dari semua Buddha. Ia adalah Bodhisattva yang paling dimuliakan dalam tradisi Buddha Mahayana. Di China dan ranah yang dipengaruhi budaya China, Avalokitesvara seringkali digambarkan sebagai seorang Dewi yang dikenal sebagai Dewi Kwan Im. (Akan tetapi, dalam mitologi Tao, asal mula Kwan Im memiliki kisah yang berbeda dan tidak ada sangkut pautnya dengan Avalokitesvara.

Di India, Avalokitesvara juga dimuliakan dengan sebutan Padmapāni ("Pemegang bunga teratai"), Lokesvara ("Tuan di Dunia") atau Tara. Dalam Bahasa Tibet, Avalokitesvara dikenal sebagai Chenrezig, སྤྱན་རས་གཟིགས་ (Wylie: spyan ras gzigs), dan dipercaya sebagai reinkarnasi Dalai Lama, Karmapa dan para Lhama terkemuka lainnya. Di Mongolia, ia dikenal sebagai Megjid Janraisig, Xongsim Bodisadv-a, atau Nidüber Üjegči.

Dalam bahasa Jepang, Kwan Im disebut Kannon' (観音) atau secara resmi Kanzeon (観世音). Dalam bahasa Korea disebut Gwan-eum atau Gwanse-eum, dan dalam bahasa Vietnam Quán Âm atau Quan Thế Âm Bồ Tát.

Avalokitesvara sendiri asalnya digambarkan berwujud laki-laki di India, begitu pula pada masa menjelang dan selama Dinasti Tang (tahun 618-907). Namun pada awal Dinasti Song (960-1279), berkisar pada abad ke 11, beberapa dari pengikut melihatnya sebagai sosok wanita yang kemudian digambarkan dalam para seniman. Perwujudan Kwan Im sebagai sosok wanita lebih jelas pada masa Dinasti Yuan (1206-1368). Sejak masa Dinasti Ming, atau berkisar pada abad ke 15, Kwan Im secara menyeluruh dikenal sebagai wanita.

Kwan Im pertama diperkenalkan ke China pada abad pertama SM, bersamaan dengan masuknya agama Buddha. Pada abad ke-7, Kwan Im mulai dikenal di Korea dan Jepang karena pengaruh Dinasti Tang. Pada masa yang sama, Tibet juga mulai mengenal Kwan Im dan menyebutnya dengan nama Chenrezig. Dalai Lama sering dianggap sebagai emanasi dari Avalokitesvara di dunia.

Jauh sebelum masuknya agama Buddha menjelang akhir Dinasti Han, Kwan Im Pho Sat telah dikenal di Tiongkok purba dengan sebutan Pek Ie Tai Su atau Pek Ie Nio Nio dalam bahasa hokkien yaitu Dewi Berbaju Putih Yang Welas Asih ("Dewi Welas Asih"). Di kemudian hari, Dewi Kwan Im identik dengan perwujudan dari Buddha Avalokitesvara. Pengertian Avalokitesvara Bodhisatva dalam bahasa Sanskerta adalah:

"Avalokita" (Kwan / Guan / Kwan Si / Guan Shi) yang bermakna Melihat ke Bawah atau Mendengarkan ke Bawah (“Bawah” disini bermakna ke dunia, yang merupakan suatu alam (Sanskerta:lokita/loka).
Kata "Isvara" (Im / Yin), berarti suara (suara jeritan mahluk atas penderitaan yang mereka alami).

Kwan Im sebagai seorang Bodhisatva yang melambangkan kewelas-asihan dan penyayang. Di negara Jepang, Kwan Im Pho Sat terkenal dengan nama Dewi Kanon. Dalam perwujudannya sebagai pria, Kwan Im disebut Kwan Sie Im Pho Sat. Dalam Sutra Saddharma Pundarika Sutra (Miau Fa Lien Hua Cing) disebutkan ada 33 (tiga puluh tiga) penjelmaan Kwan Im Pho Sat. Sedangkan dalam Maha Karuna Dharani (Tay Pi Ciu / Ta Pei Cou / Ta Pei Shen Cou) ada 84 (delapan puluh empat) perwujudan Kwan Im Pho Sat sebagai simbol dari Bodhisattva yang mempunyai kekuasaan besar.

Altar utama di Kuil Pho Jee Sie (Phu Tho San) di persembahkan kepada Kwan Im Pho Sat dengan perwujudan emanasi sebagai “Buddha vairocana”, dan di sisi kiri atau kanan berjajar 16 (enam belas) perwujudan lainnya. Perwujudan Kwan Im di altar utama Kim Tek Ie/Jing De Yuan, salah satu Klenteng tertua di jakarta Indonesia adalah King Cee Kwan Im (Kwan Im Membawa Sutra Memberi Pelajaran Buddha Dharma Kepada Umat Manusia). Disamping itu, terdapat pula wujud Kwan Im Pho Sat dalam Chien Chiu Kwan Im / Jeng Jiu Kwan Im / Qian Shou Guan Yin. (Kwan Im Seribu Lengan / Tangan) sebagai perwujudan Kwan Im yang selalu bersedia mengabulkan permohonan perlindungan yang tulus dari umatnya.

Ketika agama Buddha memasuki Tiongkok (Masa Dinasti Han), pada mulanya Avalokitesvara Bodhisattva bersosok pria. Seiring dengan berjalannya waktu, dan pengaruh ajaran Taoisme serta Kong Hu Cu, menjelang era Dinasti Tang, profil Avalokitesvara Bodhisattva berubah dan ditampilkan dalam sosok wanita.

Dari pengaruh ajaran Tao, probabilita perubahan ini terjadi karena jauh sebelum mereka mengenal Avalokitesvara Bodhisattva, kaum Taois telah memuja Dewi Tao yang disebut “Niang-Niang” (Probabilitas adalah Dewi Wang Mu Niang-Niang). Sehubungan dengan adanya legenda Puteri Miao Shan yang sangat terkenal, mereka memunculkan tokoh wanita yang disebut “Guan Yin Niang Niang”, sebagai penganti Avalokitesvara Bodhisattva pria.

Lambat laun tokoh Avalokitesvara Bodhisattva pria dilupakan orang dan tokoh Guan Yin Niang-Niang menggantikan posisinya dengan sebutan Guan Yin Phu Sa. Dari pengaruh ajaran Kong Hu Cu, mereka menilai kurang layak apabila kaum wanita memohon anak pada seorang Dewa. Bagi para penganutnya, hal itu dianggap sesuai dengan keinginan Kwan Im sendiri untuk mewujudkan dirinya sebagai seorang wanita, agar lebih leluasa untuk menolong kaum wanita yang membutuhkan pertolongan.

Dari sini jelas bahwa tokoh Avalokitesvara Bodhisattva berasal dari India dan tokoh Guan Yin Phu Sa berasal dari Tiongkok. Avalokitesvara Bodhisattva memiliki tempat suci di gunung Potalaka, sedangkan Kwan Im Pho Sat memiliki tempat suci di gunung Phu Tho Shan di kepulauan Zhou Shan, China. Kesimpulan atas hal ini adalah tokoh Avalokitesvara Bodhisatva merupakan stimulus awal munculnya Kwan Im Pho Sat.